Terpaksa (Bagian 1)

IMG SOURC: GOOGLE IMAGE

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat SMK, yang kebetulan saya mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, ada beberapa pelajaran yang mengharuskan saya mempelajari web design, yang artinya saya harus juga mampu menguasai design, dan segala perangkat lunaknya, seperti adobe photoshop.

Saat itu di pikiran saya cuma “ah, c’mon jes. u didn’t have sense of art. just forget it”.

Alhasil, saya bener-bener gatau harus kayak gimana menggunakan adobe photoshop. Apa yang harus saya pakai, apa yang harus saya klik. Semua terasa buta. Sampai pada akhirnya saya lulus sekolah, dan memutuskan untuk ambil jurusan penyiaran di salah satu universitas swasta di Jakarta Pusat.

Masuk di universitas yang jaraknya amat sangat jauh dari rumah, membuat saya berpikir, kalau saya enggak boleh, menyia-nyiakan waktu perjalanan dari rumah ke kampus selama 2 ja, cuma untuk jadi mahasiswa, yang habis kuliah langsung pulang. Seenggaknya, dari pengorbanan perjalanan 2 jam itu, saya harus mendapatkan sesuatu, yang paling enggak berharga untuk diri saya sendiri. Singkat cerita, pada 2013, saya mendaftar menjadi anggota salah satu himpunan mahasiswa jurusan yang ada di fakultas saya.

Belajar seperti orang kebanyakan, menjadi anggota dari sebuah organisasi aktif di kampus, saya hampir menjadi ‘anak kampus’ dalam arti sebenarnya, karena sering terlihat di kampus hampir setiap hari, apalagi ketika mau mengadakan acara. Satu tahun saya lewati sebagai anggota biasa, yang dibimbing oleh para senior, tentang bagaimana menjalankan suatu organisasi, dan juga bagaimana menjadi orang berguna di lingkungkan sekitar.

Setelah satu tahun berlalu, saya naik jabatan menajdi senior yang akhirnya punya adik-adik lucu mahasiswa baru yang giliran akan saya bimbing. Pada saat itu, organisasi kami baru mempunyai sebuah media, yaitu majalah online, atau bahasa umumnya, e-magazine atau disingkat sebagai e-magz, yang mengharuskan kami bekerja ekstra keras untuk menjadikan e-magz ini berkembang.

Pertama kali hadirnya e-magz ini, saya ditunjuk sebagai bagian dari tim publikasi, yang akan mempublikasikan majalah ini ke internet, yang nantinya bisa di unggah oleh siapa saja yang ingin mengunggah. Foto di bawah ini, ketika saya mempresentasikan jobs e-magz, sebagai bagian dari tim publikasi.

Ketika menjadi tim publikasi. Dok. Instagram @jobs_yai

Itu pada awalnya, ketika saya masih menjadi junior yang masih dibimbing oleh para senior saya. Sampai pada akhirnya ketika redaksional pindah ke angkatan saya, yang otomatis saya juga harus ikutan, saya ditunjuk sebagai kepala desain grafis untuk majalah online ini.

Derrrrrrr! Rasanya seperti dilempar pake batu, biar kecil, tapi bikin kaget. Saat saya diumumkan sebagai kepala desain grafis, saya cuma diem, bengong, terus saya akhirnya bertanya “are you sure, kak?”. Dan gatau kenapa, senior saya dengan yakinnya mengatakan “yes, i am”.

YAUDAH.

Satu kata itu yang akhirnya saya ucapkan di pikiran saya pada waktu itu. Bisa saja saya perdebatkan, atau saya protes kenapa saya di tempatkan di divisi desain grafis. Ada banyak alasan pada saat itu, yang seharusnya bisa menjadikan saya tidak jadi kepala desain grafis. Tapi, enggak tau kenapa, saya malah mengiyakan, tanpa berpikir, gimana kedepannya. Mungkin karena saya, tidak suka berdebat kali ya, akhirnya terima aja.

YAK. OKE. PERJALANAN DIMULAI.

 

 

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑